Senin, 14 Juli 2014

Fermentasi Jerami Padi

MAKALAH PROPOSAL

ANALISIS KANDUNGAN SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN, DAN SILICA RANSUM LENGKAP BERBAHAN JERAMI PADI (Oriza sativa), DAUN GAMAL, DAN UMML


OLEH:
ARDIANTHO HALILI
I 211 09 274






PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa hijauan dan konsentrat (makanan penguat). Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin. Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal (Kartadisastra, H.R. 1997).
            Jerami padi merupakan salah satu produk samping pertanian yang tersedia cukup melimpah. Namun, jerami padi tergolong bahan pakan yang berkualitas rendah, karena kandungan protein kasarnya rendah sementara kandungan serat kasarnya tinggi. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan secara optimal, terutama untuk ternak ruminansia (Kartadisastra, H.R. 1997).
            Gamal adalah salah satu jenis tanaman yang mudah ditanam dan tidak memerlukan sifat tanah khusus. Gamal dengan nama latin Glicidia sepium merupakan salah satu jenis tanaman dan merupakan pakan ternak yang banyak disukai oleh ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba. Selain sebagai pakan ternak, tanaman ini juga mempunyai manfaat sebagai pencegah erosi dan sekaligus penyubur tanah (LIPTAN, 1992).
            Penggunaan Urea Mineral Molases Liquid (UMML) yang dapat menyediakan nitrogen lepas lambat diharapkan akan mengefektifkan biofermentasi rumen sehingga akan meningkatkan kecernaan fraksi serat pakan berbasis jerami padi. Bentuk penyajian UMML dapat lebih aplikatif dibandingkan dengan Urea Mineral Molases Blok (UMMB).
Rumusan Masalah                                                                    
Penggunaan Urea Mineral Molases Liquid (UMML) yang dapat menyediakan nitrogen lepas lambat diharapkan akan mengefektifkan biofermentasi rumen oleh karena itu, pada penelitian ini akan dibuat ransum komplit dengan pemanfaatan limbah pertanian dan hijauan pakan ternak yaitu jerami padi dan daun gamal dengan penambahan UMML.
Hipotesis
Diduga dengan perlakuan yang berbeda pada jerami padi dengan suplementasi daun gamal dan UMML dapat mempengaruhi kandungan selulosa, hemiselulosa, lignin dan silica pada bahan pakan.
Tujuan dan Kegunaan                                    
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan berbeda pada jerami padi dengan suplementasi daun gamal dan UMML (urea mineral-molases liquid) terhadap kandungan kadar selulosa, hemiselulosa, lignin dan silica.
Kegunaan penelitian ini adalah agar dapat memberikan informasi serta memberikan perbandingan mengenai efektivitas campuran fermentasi jerami padi dengan suplementasi daun gamal dengan penambahan UMML (urea mineral-molases liquid) terhadap kandungan kadar selulosa, hemiselulosa, lignin dan silica.
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Jerami Padi
Jerami padi merupakan limbah yang tersedia dalam jumlah cukup banyak dibanding dengan limbah pertanian lainnya, serta mudah diperoleh untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau menjadi kompos. Jerami dapat dihasilkan dari suatu pertanaman padi sekitar 6 t/ha/musim tanam, bergantung kepada lokasi dan jenis varietas yang digunakan. Jumlah jerami sebanyak itu dapat digunakan untuk pakan 2 ekor sapi/ kerbau dewasa sepanjang tahun. Areal persawahan dengan pola tanam dua kali padi setahun akan dapat menghasilkan jerami sekitar 12 t/ha/tahun, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan 4 ekor sapi/kerbau sepanjang tahun. ( Endang susilawati, 2012).
Jerami padi adalah tanaman padi yang telah diambil buahnya (gabahnya), sehingga tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian serta belum sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan ekonomis. Jerami padi selama ini hanya dikenal sebagai hasil ikutan dalam proses produksi padi di sawah. Produksi jerami padi yang dihasilkan sekitar 50% dari produksi gabah kering panen (Hanafi, 2008).
Jerami Padi merupakan salah satu pakan alternatif yang paling banyak dipakai untuk memenuhi kekurangan hijauan pakan ternak. Namun bahan pakan tersebut berkualitas rendah, karena rendahnya kandungan nutrien dan kurang dapat dicerna. Dengan pengolahan, daya cerna jerami padi dapat ditingkatkan hingga 70 % dan kandungan proteinnya dapat mencapai 5 - 8 % (Herdoni, 2011).
Faktor-faktor pembatas dalam pemanfaatan jerami padi menurut Sutardi (1982) adalah; a) dinding sel diselimuti kristal silika, sehingga sulit dihidrolisis oleh enzim dalam rumen, b) dinding sel mengandung lignin yang membentuk senyawa komplek dengan selulosa, sehingga struktur selulosanya tidak lagi berbentuk amorf dan molekul glukosanya dikokohkan oleh ikatan hidrogen yang sulit dicerna oleh mikroba, dan c) memiliki kandungan protein rendah yaitu sekitar 3 – 5%.
Untuk meningkatkan kualitas jerami padi sebagai bahan pakan, maka faktor-faktor pembatas tersebut perlu diatasi. Salah satu pendekatan adalah dengan perlakuan fermentasi menggunakan probion. Probion merupakan produk campuran berbagai macam mikroba yang dibuat melalui proses inkubasi anaerob isi rumen dengan tambahan mineral dan bahan organik yang dibutuhkan mikroba (Haryanto et al., 2005).
Mikroba selulolitik yang terdapat dalam probion diharapkan dapat menghasilkan enzim selulase yang mampu merombak dan merenggangkan ikatan lignosellulosa dan lignohemisellulosa, sehinga jerami padi menjadi lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen. Penambahan urea berfungsi sebagai sumber NH3 bagi mikro organisme didalam probion dan sekaligus menambah kadar nitrogen hasil fermentasi jerami padi. Dengan teratasinya faktor-faktor pembatas di atas,maka diharapkan jerami padi hasil fermentasi akan mampu memenuhi kebutuhan ternak terhadap hijauan.


Tabel 1. Kandungan Nutrisi Jerami Tanpa dan Fermentasi

Parameter
Jerami Padi
Tanpa fermentasi
Fermentasi
Protein
3,5
7,0
Serat Detergen Netral (NDF)
80
77
Daya Cerna (NDF)
28,30
50-55
Sumber : (Endang susilawati, 2012).
Menurut Marhadi (2009), nilai manfaat jerami padi sebagai bahan pakan ternak dapat ditingkatkan dengan pemberian bahan pakan suplemen yang mampu memicu pertumbuhan mikroba rumen pencerna serat seperti bahan pakan sumber protein. Sementara nilai nutrisi dan tingkat pemanfaatan dapat diperbaiki dengan memberikan perlakuan yang dapat meningkatkan kandungan protein dan perenggangan ikatan lignoselulosa.
Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak di Indonesia baru mencapai 31 - 39 %, sedangkan yang dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai pupuk 36 - 62 %, dan sekitar 7 - 16 % digunakan untuk keperluan industri (Abdullah, 2008).
Kandungan protein yang rendah dengan daya cerna yang hanya 40% menyebabkan rendahnya komsumsi bahan kering (kurang dari 2% berat badan ternak). Hal ini jelas, tanpa penambahan konsentrat tidak mungkin dapat meningkatkan produksi ternak, bahkan mungkin dapat menurunkan produksi. Kendala lain yang mempengaruhi kualitas jerami adalah tingginya kandungan lignin dan silika sehingga menyebabkan daya cerna jadi rendah (Yunilas, 2009).
Pemanfaatan jerami secara langsung sebagai pakan tunggal tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pada ternak. Hal ini dapat menurunkan produktivitas ternak. Pasokan nutrien dibutuhkan oleh mikroba rumen untuk pertumbuhan dan meningkatkan populasi optimum untuk proses degradasi serat bahan pakan dalam rumen. Untuk mengatasi hal itu perlu dilakukan suatu pengolahan yang sesuai sehingga bahan pakan ligniselulosik memiliki kualitas yang cukup sebagai pakan ternak ruminansia (Yunilas, 2009).
Tabel 2. Komposisi Nilai Nutrisi Jerami Padi
Zat-zat makanan
Komposisi
NDF (%)
73,82 %
ADF (%)
51,53 % %
EM (%)
1,37 %
Bahan Kering (%)
92 %
Protein Kasar (%)
5,31 %
Lemak Kasar (%)
3,32 %
Serat Kasar (%)
32,14 %
BETN (%)
36,68 %
Abu (%)
22,25 %
Lignin (%)
8,81 %
Sumber : Sarwono dan Arianto, 2003.
Selain kandungan nutrisinya yang rendah, jerami padi juga termasuk pakan hijauan yang sulit dicerna karena kandungan serat kasarnya tinggi sekali. Daya cerna yang rendah itu terutama disebabkan oleh struktur jaringan jerami yang sudah tua. Jaringan-jaringan pada jerami telah mengalami proses lignifikasi (pengerasan) sehingga terbentuk ligniselulosa dan     lignohemiselulosa (Muis, 2008).
Selain oleh adanya proses lignifikasi, rendahnya daya cerna ternak terhadap jerami disebabkan oleh tingginya kandungan silika. Lignifikasi dan silifikasi tersebut  bersama-sama mempengaruhi rendahnya daya cerna jerami padi. Rendahnya protein kasar dan mineral pada jerami padi juga membawa efek langsung, yaitu jerami padi sulit dicerna kalau hanya diberikan secara tunggal untuk pakan ternak.Rendahnya kandungan nutrisi jerami padi tersebut dan sulitnya daya cerna jerami maka pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia perlu diefektifkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara penambahan suplemen atau bahan tambahan lain agar kelengkapan nilai nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak secara lengkap sekaligus meningkatkan daya cerna pakan (Muis, 2008).
Gambaran Umum Gamal (Gliricidia sepium)
            Gamal adalah salah satu jenis tanaman yang mudah ditanam dan tidak memerlukan sifat tanah khusus. Gamal dengan nama latin Glicidia sepium merupakan salah satu jenis tanaman dan merupakan pakan ternak yang banyak disukai oleh ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba. Selain sebagai pakan ternak, tanaman ini juga mempunyai manfaat sebagai pencegah erosi dan sekaligus penyubur tanah (LIPTAN, 1992).
            Gamal (Gliricidia sepium) merupakan jenis tanaman yang sangat mudah untuk dikembang biakan, baik pada beberapa daerah mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu sampai ketinggian 1100 meter diatas permukaan air laut. Gamal adalah tanaman leguminosa yang dapat tumbuh dengan cepat di daerah kering. Pemberian gamal pada sapi maksimal 40% dan domba 75%.  Sebaiknya gamal diberikan bersama-sama dengan pemberian rumput (Wahiduddin, 2008).
Gamal terutama ditanam sebagai pagar hidup, peneduh tanaman (kakao, kopi, teh), atau sebagai rambatan untuk vanili dan lada. Perakaran gamal merupakan penambat nitrogen yang baik. Tanaman ini berfungsi pula sebagai pengendali erosi dan gulma terutama alang-alang. Namanya dalam bahasa Indonesia, gamal, merupakan akronim dari: ganyang mati alang-alang. Bunga-bunga gamal merupakan pakan lebah yang baik, dan dapat pula dimakan setelah dimasak. Daun-daun gamal mengandung banyak protein dan mudah dicernakan, sehingga cocok untuk pakan ternak, khususnya ruminansia. Daun-daun dan rantingnya yang hijau juga dimanfaatkan sebagai mulsa atau pupuk hijau untuk memperbaiki kesuburan tanah. Gamal merupakan sumber kayu api yang baik terbakar perlahan dan menghasilkan sedikit asap, kayu gamal memiliki nilai kalori sekitar 4900 kcal/kg. Kayu terasnya awet dan tahan rayap, dengan BJ antara 0,5- 0,8, kayu ini baik untuk membuat perabot rumah tangga, mebel, konstruksi bangunan, dan lain-lain.  Daun-daun, biji dan kulit batang gamal mengandung zat yang bersifat racun bagi manusia dan ternak, kecuali ruminansia ( Anonim, 2011).
            Gamal merupakan tanaman pendatang yang berasal dari Amerika Tengah, Adapunciri-ciri tanaman ini yaitu (Anonim, 2011) :
·         Daunnya bersirip, dengan bentuk daun oval runcing yang agak lebar.
·         Bunganya cukup indah, berwarna ungu keputihan.
·         Tanaman ini dapat tumbuh mencapai ketinggian 10 meter.
·         Gamal tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 0-1300 meter daripermukaan laut.
Habitat asli gamal adalah hutan gugur daun tropika, di lembah dan lereng-lereng bukit, sering di daerah bekas tebangan dan belukar. Pada elevasi 0-1600 m dpl. Tumbuh pada berbagai habitat dan jenis tanah, mulai pasir sampai endapan aluvial di tepi danau, pada curah hujan 600-3500 mm/tahun. Gamal bisa diperbanyak dengan vegetatif dan generatif. Biji-biji itu, khususnya yang segar (baru), dapat ditanam tanpa perlakuan pendahuluan, langsung di lahan atau di persemaian. Cara lain ialah dengan menanam stek batangnya, panjang maupun pendek. Stek panjang sepanjang 1–2,5 m dan dengan diameter 6–10 cm, diruncingkan kedua ujungnya dan digores-gores potongan sebelah bawahnya untuk merangsang tumbuhnya akar. Stek panjang ditanam sedalam lk 50 cm agar kuat.  Stek pendek 30 – 50 cm panjangnya dan diperlakukan serupa dengan stek panjang. Stek pendek ditanam lebih kurang sepertiganya dalam tanah ( Anonim, 2011).
Kegunaan gamal dapat dijadikan sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan sebagai penahan erosi. Daun atau bagian tanaman yang dipangkas dapat digunakan sebagai hijauan makanan ternak yang dapat meningkatkan produktivitas ternak ruminansia seperti : sapi, kambing dan domba (Rosa, 1998).


UMML(Urea Mineral Molases Liquid)
Penggunaan Urea Mineral Molases Liquid (UMML) yang dapat menyediakan nitrogen lepas lambat diharapkan akan mengefektifkan biofermentasi rumen sehingga akan meningkatkan kecernaan fraksi serat pakan berbasis jerami padi. Bentuk penyajian UMML dapat lebih aplikatif dibandingkan dengan urea  mineral molases blok (UMMB). Selain itu UMML juga akan sangat membantu meningkatkan palatabilitas ransum, khususnya ransum yang sumber seratnya berupa jerami padi.
Prinsip optimalisasi biofermentasi yang terdiri atas nitrogen, asam amino, RAC, vitamin, dan mineral dalam sistem rumen, dengan komposisi yang tepat. Formula untuk melarutkan fosfat akan digunakan dalam membuat formula UMML yang selanjutnya dapat mendukung biofermentasi rumen yang efektif. Dengan penambahan UMMB dalam pakan dapat meningkatkan daya cerna dan konsumsi bahan kering, bahan organik dan protein kasar pada pakan berkualitas rendah. Adanya urea sebagai permentable nitrogen dan  mollases sebagai Ready avaible carbohidrat (RAC) serta berbagai mineral essensial dan vitamin yang berasal dari UMMB, maka proses pencernaan pakan dalam rumen akan lebih meningkat dan efisien, sehingga dapat meningkatkan konsumsi jerami 25-30 %  Dan meningkatkan kecernaan zat-zat makanan. (Syahrir, 2009).
UMMB merupakansuplemen pakan yang berbentuk padatan dan keras, maka untuk mengkonsumsinya ternak akan menjilati UMMB tersebut, sehingga ternak memperoleh zat-zat makanan dengan kuantitas yang sedikit. Sehingga perlu suatu  bentuk modifikasi dari UMMB (Urea Molasses Mineral Block) dalam bentuk padat menjadi cair, dengan aplikasi dalam bentuk cair memungkinkan UMML dapat meningkatkan palatabillitas pakan serta dapat mengoptimalkan biofermentasi rumen secara efektif (Syahrir, 2009).
Analisa Van Soest Pada Bahan Pakan
Analisis serat Van Soest, serat kasar didefenisikan sebagai bahan yang masih tertinggal setelah bahan pakan direbus dalam asam dan basa. Serat kasar mengandung fraksi-fraksi selulosa, hemiselulosa dan lignin, yang dapat dikategorikan sebagai fraksi penyusun dinding sel tanaman. Defenisi tersebut didasarkan pada nilai nutrisi dan serat kasar yang dapat dicerna oleh enzim – enzim yang dikeluarkan oleh saluran pencernaan mamalia maupun ternak nonruminansia. (Anonim, 2008).
Van Soest, mengembangkan analisis serat yang mendekati nilai nutrisi serat kasar untuk ruminansia dengan mempergunakan detergen yang mampu memisahkan matriks dinding sel yang tidak larut dan mengestimasikan sub komponen utamanya yaitu selulosa, hemiselulosa dan kombinasi keduanya dengan lignin. (Anonim, 2008).
Untuk menentukan nilai gizi makanan berserat dapat dilakukan melalui analisis Acid Detergent Fiber (ADF) dan Neutral Detergent fiber (NDF) (Alderman, 1980).
ADF dapat digunakan untuk mengestimasi kecernaan bahan kering dan energi makanan ternak. ADF ditentukan dengan menggunakan larutan Detergent Acid, dimana residunya terdiri atas selulosa dan lignin (Ensmiger dan Olentine, 1980).
Arora (1989), menyatakan bahwa ADF mengandung 15% pentosa yang disebut micellar pentosa yang sulit dicerna dibandingkan dengan jenis karbohidrat lainnya. Pentosa adalah campuran araban dan xilan dengan zat lain dalam tanaman yang dalam hidrolisis keduanya menghasilkan arabinose dan xilose yang ditemukan dalam hemiselulosa.
Haris (1970), menyatakan bahwa NDF merupakan metode yang cepat untuk mengetahui total serat dari dinding sel yang terdapat dalam serat makanan. ADF digunakan sebagai suatu langkah persiapan untuk mendeterminasikan lignin, sehingga hemiselulose dapat diestimasi dari perbedaan struktur dinding sel dengan ADF itu sendiri.
Penurunan kadar NDF disebabkan karena meningkatnya lignin pada tanaman yang mengakibatkan menurunnya hemiselulosa. Hemiselulosa dan selulosa merupakan komponen dinding sel yang dapat dicerna oleh mikroba. Tingginya kadar lignin menyebabkan mikroba tidak mampu menguasai hemiselulosa dan selulosa secara sempurna. Semakin tinggi ADF, maka kualitas daya cerna hijauan makanan ternak semakin rendah (Crampton dan Haris, 1969).
Menurunnya NDF dan ADF disebabkan karena selama berlangsungnya fermentasi terjadi perenggangan ikatan lignoselulosa dan ikatan hemiselulosa yang menyebabkan isi sel yang terikat akan larut dalam larutan neutral detergent. Hal ini menyebabkan isi sel (NDS) akan meningkat, sedangkan komponen pakan yang tidak larut dalam larutan detergent (NDF) mengalami penurunan (Arief, 2001).
Anggorodi (1984), menyatakan bahwa selulosa tidak dapat dicerna dan digunakan sebagai makanan kecuali pada hewan ruminansia yang mempunyai mikroorganisme selulolitik dalam rumen.
Analisis Van Soest merupakan sistem analisa bahan pakan yang relevan bagi ternak ruminansia, khususnya sistem evaluasi nilai gizi hijauan berdasarkan kelarutan dalam detergent (Sutardi, 1980).
Sistem Analisis Van Soest menggolongkan zat pakan menjadi isi sel (cell content) dan dinding sel (cell wall). NDF mewakili kandungan dinding sel yang terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa, dan protein yang berikatan dengan dinding sel. Bagian yang tidak terdapat sebagai residu dikenal sebagai Neutral Detergent Soluble (NDS) yang mewakili isi sel dan mengandung lipid, gula, asam organik, non protein nitrogen, pektin, protein terlarrut dan bahan yang larut dalam air. ADF mewakili selulosa dan lignin dalam dinding sel tanaman. Analisis ADF dibutuhkan untuk evaluasi kualitas serat pakan ternak ruminansia dan herbivora lain (Suparjo, 2000).
Van Soest (1982), melakukan pemisahan bagian-bagian hijauan segar potongan (forage) dengan cara penggunaan bahan-bahan pelarut/pencuci (detergent) (Gambar 1).





Bahan makanan
Neutral Detergent Solution
 


NDF
Isi Sel                          (Komponen dinding sel)
Acid Detergent Solution
                                               

                          ADS                                                             ADF
(Acid Detergent Solubles)                  (Acid Detergent Insoluble Fiber)
(hemiselulosa, dinding sel                       (lignoselulosa)
yang mengandung N)                                                

                                                                        Dicerna dengan H2SO4 72%
                                                                                   
                                                                       
                                                       Soluble                          Acid Insoluble
                                                (Selulosa)                                (Lignin)
                                                                                               
Lignin hilang dengan pembakaran sampai menjadi Acid Insoluble Ash abu tak larut dalam asam

Gambar 1. Skema pemisahan bagian-bagian hijauan segar pemotongan (Forage)  dengan menggunakan Detergent(Tillman, dkk., 1998).



MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
            Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2014 yang terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu proses fermentasi di Laboratorium, dan tahap kedua analisa kadar selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika di Laboratorium Herbivora dan Laboratotium Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian                          
            Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat bal, tali rapiah, neraca analitik, sintered glass (kaca masir), pompa vakum, alat penyaringan, gelas piala, penangas air, oven, tanur, gegep, desikator, dan polybag.
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jerami padi, larutan ADS, larutan NDS, larutan decalin, hexan, aceton, air panas, Na2SO4, dan H2SO4 72%.
Metode Penelitian
Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Setiawan, 2009) Terdiri dari 3 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Susunan perlakuan  sebagai berikut:
P0    : Jerami Padi 60% + Gamal 30%+ UMML 10%
P1    : (Jerami Padi 60%+ UMML 10%) difermentasi + Gamal 30%
 P2    : (Jerami Padi 60% + Gamal 30%+ UMML 10%) difermentasi

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dirancang untuk mengetahui kandungan selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika jerami padi dengan penambahan daun gamal dan UMML melalui analisis Van Soest. Penelitian ini di awali dengan pengambilan jerami padi, daun gamal dan UMML. Pada perlakuan pertama seluruh sampel dicampur rata lalu diovenkan dengan suhu 60°C. Pada perlakuan kedua jerami padi ditambah UMML lalu dimasukkan kedalam kantong plastik kemudian dipadatkan dengan alat press untuk difermentasi selama 21 hari, setelah 21 hari silase hasil jerami padi tersebut ditambahkan daun gamal lalu dicampur rata kemudian diovenkan dengan suhu 60°C. Pada perlakuan ketiga jerami padi ditambah UMML dan daun gamal dan dicampur rata kemudian difermentasi selama 21 hari lalu diovenkan dengan suhu 60°C.
Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan analisa Van Soest di Laboratorium Valorisasi Limbah, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kadar selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika bahan pakan yang terlebih dahulu harus ditentukan kadar ADF dan NDF (Van Soest, 1976).
a.    Kadar Acid Detergent Fiber (ADF)
v  Sample sebanyak 0,5 g (a gram) dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 50 ml larutan ADS dan 2 ml decalin. Dipanaskan selama 1 jam di atas penangas air.
v  Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum, juga dengan menggunakan penyaring kaca masir yang sudah ditimbang sebagai b gram. Pencucian dilakukan dengan menggunakan hexan, aceton, dan air panas.               
v  Dilakukan pengeringan dengan menggunakan hasil pernyaringan tersebut dalam oven. Setelah itu, dimasukkan lagi ke dalam desikator untuk melakukan pendinginan dan kemudian ditimbang sebagai c gram.
b.    Kadar Neutral Detergent Fiber (NDF).
v Sample sebanyak 0,5 g (a gram) dimasukkan ke dalam gelas piala berukuran 500 ml, serta ditambahkan dengan 50 ml larutan NDS dan 0,5 g Na2SO3. Dipanaskan selama 1 jam.
v Menimbang kaca masir sebagai b gram.
v Melakukan penyaringan dengan bantuan pompa vakum, lalu dibilas dengan air panas dan aceton
v Hasil penyaringan tersebut dikeringkan dalam oven 1050C. Setelah itu dimasukkan lagi dalam eksikator selama 1 jam, kemudian dilakukan penimbangan akhir sebagai c gram.
c.    Kadar Lignin dan Selulosa
v Residu ADF (c gram) yang berada di dalam kaca masir diletakkan di atas nampan yang berisi air setinggi kira-kira 1 cm
v Ditambahkan H2SO4 72% setinggi ¾ bagian dari gelas kaca masir dan dibiarkan selama 3 jam sambil diaduk-aduk
v Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum serta , pencucian juga dilakukan seperti analisis sebelumnya
v Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven 1050C, dan selanjutnya dilakukan pendinginan dengan desikator dan ditimbang sebagai berat akhir, yaitu e gram.
v Jika dibakar dalam tanur 5000C, didinginkan dalam desikator serta disimpan kembali sebagai berat akhir, yaitu f gram.
Perhitungan
Kadar Acid Detergent Fiber (ADF)       =    
Kadar Neutral Detergent Fiber (NDF)   =    
Kadar Selulosa = % ADF - % lignin
Kadar Hemiselulosa = % NDF - % ADF
Keterangan :   
a     =   Berat sample bahan kering
b     =   Berat sintered glass kosong
c     =   Berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan    








      
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2008. Pembuatan Jerami Padi Amoniasi Sebagai Sumber Pakan Ternak Potensial Di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba. Program penerapan IPTEKS.

Anonim, 2008. Ilmu Nutrisi Ternak. http://andri84.wordpress.com. Diakses pada tanggal 29 Maret 2014.
______, 2011. Gamal  http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses pada tanggal 29 Maret 2014.
Alderman, G. 1980. Aplication of Pratical Rationing System Agri, SCI. Servis. Ministring OfAgric And Food England.

Arif, R. 2001. Pengaruh Penggunaan Jerami pada Amoniasi terhadap Daya Cerna NDF, ADF, dan ADS Dalam Ransum Domba Lokal. Jurnal Agroland volume 8 (2) : 208 – 215.

Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Crampton, E. W. Dan L. E. Haris. 1969. Applied Animal Nutrition E, d. 1st The Engsminger Publishing Company, California, U. S. A.

Endang Susilawati, 2012. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Jambi.
Hanafi, N.D,. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan.

Haris, L. E. 1970. Nutrition Research Technique for Domestic and Wild Animal. Animal Science Department Utah State University.

Haryanto, B., Supriyati, A. Thalib dan S.N. Jarmani. 2005. Peningkatan Nilai Hayati Jerami Padi Melalui Bio-Proses Fermentative Dan Penambahan Zinc Organik. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12 – 13 September 2005. Puslitbang Peternakan. Bogor. 473 -478.

Herdoni, 2011. Pengolahan Limbah Pertanian Untuk Pakan Ternak. http://www.herdoniwahyono.com/2011/07/pengolahan-limbah-pertanian-untuk-pakan.html. [Sabtu, 12 November 2011]

Kartadisastra, H.R. (1997). Penyediaan &Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius.

Mahardi, 2009. Potensi Fermentasi Jerami Padi Sebagai Sumber Pakan Untuk Usaha Penggemukan Sapi Potong. http://mahardinutrisi06.blogspot.com/2009/05/jerami.html. Diakses pada tanggal 29 Maret 2014.

Muis, A. dkk. 2008. Petunjuk Teknis Teknologi Pendukung Pengembangan Agribisnis di  Desa P4MI. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah.Sulawesi Tengah.

Rosa, K. R. D. 1998. Nitrogen fixing tress as tool soil builders. FACT. www.winrock.org/forestry/factnet.htm. Diakses pada tanggal 29 Maret 2014.

Sarwono, B dan H.B. Arianto.2003. Penggemukan Sapi potong Secara Cepat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Setiawan, Ade. 2009. Rancangan Acak Lengkap. http://smartstat.wordpress.com. Diakses pada tanggal 29 Maret 2014.

Suparjo. 2000. Analisis Secara Kimiawi. Fakultas Peternakan, Jambi.
Sutardi. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Syahrir S. Natsir A. Mide Z. Islamiyati R. Asriani A. 2012. Optimalisasi Biofermentasi Rumen guna Meniingkatklan Nilai Guna Jerami Padi sebagai Pakan Sapi Potong dengan Penambahan Biomassa Murbei dan Urea Mineral Molasses Liquid (UMML). Universitas Hasanuddin. Makassar.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Van Soest P. J. 1976. New Chemical Methods for Analysis of Forages for The Purpose of Predicting Nutritive Value. Pref IX International Grassland Cong.

                  1982. Nutritional Ecology of The Ruminant. O and B Books, Inc.   United States of America.

Wahiduddin, M. 2008. Ilmu Pakan Ternak. (http://wah1d.wordpress.com/ category/ilmu-pakan) tanggal akses 16 januari 2014.
Yunilas. 2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Departemen Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Sumatera Utara. Medan.




1 komentar:

  1. Play Live Dealer Casinos in PA - MapyRO
    With online slots and live dealer tables at 논산 출장안마 your fingertips, you can be sure 대전광역 출장샵 to find 나주 출장안마 the best live casino games 진주 출장안마 in 포천 출장샵 Pennsylvania. Our team of professionals

    BalasHapus