MAKALAH PROPOSAL
ANALISIS
KANDUNGAN SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN, DAN SILICA RANSUM LENGKAP BERBAHAN
JERAMI PADI (Oriza sativa), DAUN
GAMAL, DAN UMML
OLEH:
ARDIANTHO
HALILI
I 211 09 274
PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pakan
memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun
untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta
tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya
tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan,
jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah
cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa hijauan
dan konsentrat (makanan penguat). Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik
yang sengaja kita berikan kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri,
mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung
pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan
mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam
bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat
dan vitamin. Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan
sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan
berproduksi secara normal (Kartadisastra, H.R. 1997).
Jerami
padi merupakan salah satu produk samping pertanian yang tersedia cukup
melimpah. Namun, jerami padi tergolong bahan pakan yang berkualitas rendah,
karena kandungan protein kasarnya rendah sementara kandungan serat kasarnya
tinggi. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuk
meningkatkan kualitas jerami padi agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan
secara optimal, terutama untuk ternak ruminansia (Kartadisastra,
H.R. 1997).
Gamal
adalah salah satu jenis tanaman yang mudah ditanam dan tidak memerlukan sifat
tanah khusus. Gamal dengan nama latin Glicidia sepium merupakan salah satu
jenis tanaman dan merupakan pakan ternak yang banyak disukai oleh ternak
ruminansia kecil seperti kambing dan domba. Selain sebagai pakan ternak,
tanaman ini juga mempunyai manfaat sebagai pencegah erosi dan sekaligus
penyubur tanah (LIPTAN, 1992).
Penggunaan Urea
Mineral Molases Liquid (UMML) yang dapat menyediakan nitrogen lepas lambat
diharapkan akan mengefektifkan biofermentasi rumen sehingga akan meningkatkan
kecernaan fraksi serat pakan berbasis jerami padi. Bentuk penyajian UMML dapat
lebih aplikatif dibandingkan dengan Urea Mineral
Molases Blok (UMMB).
Rumusan
Masalah
Penggunaan
Urea Mineral Molases Liquid (UMML)
yang dapat menyediakan nitrogen lepas lambat diharapkan akan mengefektifkan
biofermentasi rumen oleh karena itu, pada penelitian ini akan dibuat ransum
komplit dengan pemanfaatan limbah pertanian dan hijauan pakan ternak yaitu
jerami padi dan daun gamal dengan penambahan UMML.
Hipotesis
Diduga
dengan perlakuan yang berbeda pada jerami padi dengan suplementasi daun gamal
dan UMML dapat mempengaruhi kandungan selulosa, hemiselulosa, lignin dan silica
pada bahan pakan.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan berbeda pada jerami padi dengan suplementasi daun gamal dan UMML
(urea mineral-molases liquid) terhadap
kandungan kadar selulosa,
hemiselulosa, lignin dan silica.
Kegunaan penelitian ini adalah agar
dapat memberikan informasi serta memberikan perbandingan mengenai efektivitas
campuran fermentasi jerami padi dengan suplementasi daun gamal dengan
penambahan UMML (urea mineral-molases liquid) terhadap kandungan
kadar
selulosa, hemiselulosa, lignin dan silica.
TINJAUAN
PUSTAKA
Gambaran
Umum Jerami Padi
Jerami padi
merupakan limbah yang tersedia dalam jumlah cukup banyak dibanding dengan
limbah pertanian lainnya, serta mudah diperoleh untuk dimanfaatkan sebagai
pakan ternak atau menjadi kompos. Jerami dapat dihasilkan dari suatu pertanaman
padi sekitar 6 t/ha/musim tanam, bergantung kepada lokasi dan jenis varietas
yang digunakan. Jumlah jerami sebanyak itu dapat digunakan untuk pakan 2 ekor
sapi/ kerbau dewasa sepanjang tahun. Areal persawahan dengan pola tanam dua
kali padi setahun akan dapat menghasilkan jerami sekitar 12 t/ha/tahun,
sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan 4 ekor sapi/kerbau sepanjang
tahun. ( Endang susilawati, 2012).
Jerami padi adalah tanaman padi yang telah diambil buahnya (gabahnya),
sehingga tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian serta belum
sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan ekonomis. Jerami padi
selama ini hanya dikenal sebagai hasil ikutan dalam proses produksi padi di
sawah. Produksi jerami padi yang dihasilkan sekitar 50% dari produksi gabah
kering panen (Hanafi, 2008).
Jerami Padi merupakan salah satu
pakan alternatif yang paling banyak dipakai untuk memenuhi kekurangan hijauan
pakan ternak. Namun bahan pakan tersebut berkualitas rendah, karena rendahnya
kandungan nutrien dan kurang dapat dicerna. Dengan pengolahan, daya cerna
jerami padi dapat ditingkatkan hingga 70 % dan kandungan proteinnya dapat
mencapai 5 - 8 % (Herdoni, 2011).
Faktor-faktor pembatas dalam pemanfaatan jerami padi
menurut Sutardi (1982) adalah; a) dinding sel diselimuti kristal silika,
sehingga sulit dihidrolisis oleh enzim dalam rumen, b) dinding sel mengandung
lignin yang membentuk senyawa komplek dengan selulosa, sehingga struktur selulosanya
tidak lagi berbentuk amorf dan molekul glukosanya dikokohkan oleh ikatan
hidrogen yang sulit dicerna oleh mikroba, dan c) memiliki kandungan protein
rendah yaitu sekitar 3 – 5%.
Untuk meningkatkan kualitas jerami padi sebagai
bahan pakan, maka faktor-faktor pembatas tersebut perlu diatasi. Salah satu pendekatan
adalah dengan perlakuan fermentasi menggunakan probion. Probion merupakan
produk campuran berbagai macam mikroba yang dibuat melalui proses inkubasi anaerob
isi rumen dengan tambahan mineral dan bahan organik yang dibutuhkan mikroba (Haryanto
et al., 2005).
Mikroba selulolitik yang terdapat dalam probion
diharapkan dapat menghasilkan enzim selulase yang mampu merombak dan
merenggangkan ikatan lignosellulosa dan lignohemisellulosa, sehinga jerami padi
menjadi lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen. Penambahan urea berfungsi sebagai
sumber NH3 bagi mikro organisme didalam probion dan sekaligus menambah kadar nitrogen
hasil fermentasi jerami padi. Dengan teratasinya faktor-faktor pembatas di atas,maka
diharapkan jerami padi hasil fermentasi akan mampu memenuhi kebutuhan ternak terhadap
hijauan.
Tabel
1. Kandungan Nutrisi Jerami Tanpa dan Fermentasi
Parameter
|
Jerami Padi
|
|
Tanpa fermentasi
|
Fermentasi
|
|
Protein
|
3,5
|
7,0
|
Serat Detergen Netral (NDF)
|
80
|
77
|
Daya Cerna (NDF)
|
28,30
|
50-55
|
Sumber : (Endang susilawati, 2012).
Menurut Marhadi (2009),
nilai manfaat jerami padi sebagai bahan pakan ternak dapat ditingkatkan dengan
pemberian bahan pakan suplemen yang mampu memicu pertumbuhan mikroba rumen
pencerna serat seperti bahan pakan sumber protein. Sementara nilai nutrisi dan
tingkat pemanfaatan dapat diperbaiki dengan memberikan perlakuan yang dapat
meningkatkan kandungan protein dan perenggangan ikatan lignoselulosa.
Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak di Indonesia baru
mencapai 31 - 39 %, sedangkan yang dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai
pupuk 36 - 62 %, dan sekitar 7 - 16 % digunakan untuk keperluan industri (Abdullah,
2008).
Kandungan protein yang
rendah dengan daya cerna yang hanya 40% menyebabkan rendahnya komsumsi bahan
kering (kurang dari 2% berat badan ternak). Hal ini jelas, tanpa penambahan
konsentrat tidak mungkin dapat meningkatkan produksi ternak, bahkan mungkin
dapat menurunkan produksi. Kendala lain yang mempengaruhi kualitas jerami
adalah tingginya kandungan lignin dan silika sehingga menyebabkan daya cerna
jadi rendah (Yunilas, 2009).
Pemanfaatan jerami
secara langsung sebagai pakan tunggal tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
pada ternak. Hal ini dapat menurunkan produktivitas ternak. Pasokan nutrien
dibutuhkan oleh mikroba rumen untuk pertumbuhan dan meningkatkan populasi
optimum untuk proses degradasi serat bahan pakan dalam rumen. Untuk mengatasi
hal itu perlu dilakukan suatu pengolahan yang sesuai sehingga bahan pakan
ligniselulosik memiliki kualitas yang cukup sebagai pakan ternak ruminansia
(Yunilas, 2009).
Tabel 2. Komposisi Nilai Nutrisi Jerami
Padi
Zat-zat makanan
|
Komposisi
|
NDF (%)
|
73,82
%
|
ADF (%)
|
51,53 % %
|
EM (%)
|
1,37 %
|
Bahan Kering (%)
|
92 %
|
Protein Kasar (%)
|
5,31 %
|
Lemak Kasar (%)
|
3,32 %
|
Serat Kasar (%)
|
32,14
%
|
BETN (%)
|
36,68 %
|
Abu (%)
|
22,25
%
|
Lignin (%)
|
8,81 %
|
Sumber
: Sarwono dan Arianto, 2003.
Selain kandungan nutrisinya yang rendah, jerami padi juga
termasuk pakan hijauan yang sulit dicerna karena kandungan serat kasarnya
tinggi sekali. Daya cerna yang rendah itu terutama disebabkan oleh struktur
jaringan jerami yang sudah tua. Jaringan-jaringan pada jerami telah mengalami
proses lignifikasi (pengerasan) sehingga terbentuk ligniselulosa dan lignohemiselulosa (Muis, 2008).
Selain oleh adanya proses lignifikasi, rendahnya daya cerna
ternak terhadap jerami disebabkan oleh tingginya kandungan silika. Lignifikasi
dan silifikasi tersebut bersama-sama
mempengaruhi rendahnya daya cerna jerami padi. Rendahnya protein kasar dan mineral
pada jerami padi juga membawa efek langsung, yaitu jerami padi sulit dicerna
kalau hanya diberikan secara tunggal untuk pakan ternak.Rendahnya kandungan
nutrisi jerami padi tersebut dan sulitnya daya cerna jerami maka pemanfaatan
jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia perlu diefektifkan. Hal ini bisa
dilakukan dengan cara penambahan suplemen atau bahan tambahan lain agar
kelengkapan nilai nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak secara
lengkap sekaligus meningkatkan daya cerna pakan (Muis, 2008).
Gambaran
Umum Gamal (Gliricidia sepium)
Gamal
adalah salah satu jenis tanaman yang mudah ditanam dan tidak memerlukan sifat
tanah khusus. Gamal dengan nama latin Glicidia sepium merupakan salah satu
jenis tanaman dan merupakan pakan ternak yang banyak disukai oleh ternak
ruminansia kecil seperti kambing dan domba. Selain sebagai pakan ternak,
tanaman ini juga mempunyai manfaat sebagai pencegah erosi dan sekaligus
penyubur tanah (LIPTAN, 1992).
Gamal
(Gliricidia sepium) merupakan jenis tanaman yang sangat mudah untuk
dikembang biakan, baik pada beberapa
daerah mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu sampai ketinggian
1100 meter diatas permukaan air laut. Gamal adalah tanaman leguminosa yang dapat tumbuh dengan cepat di
daerah kering. Pemberian gamal pada sapi maksimal 40% dan domba 75%. Sebaiknya gamal diberikan bersama-sama dengan
pemberian rumput (Wahiduddin, 2008).
Gamal terutama ditanam sebagai pagar hidup, peneduh tanaman (kakao, kopi, teh), atau sebagai
rambatan untuk vanili dan lada. Perakaran gamal
merupakan penambat nitrogen yang baik. Tanaman ini berfungsi pula
sebagai pengendali erosi dan gulma terutama alang-alang.
Namanya dalam bahasa Indonesia, gamal, merupakan akronim dari: ganyang mati
alang-alang. Bunga-bunga gamal merupakan pakan lebah yang baik, dan dapat pula dimakan
setelah dimasak. Daun-daun gamal mengandung banyak protein dan mudah dicernakan, sehingga cocok
untuk pakan ternak, khususnya ruminansia.
Daun-daun dan rantingnya yang hijau juga dimanfaatkan sebagai mulsa atau pupuk hijau untuk memperbaiki
kesuburan tanah. Gamal merupakan sumber kayu api yang baik terbakar perlahan
dan menghasilkan sedikit asap, kayu gamal memiliki nilai kalori sekitar 4900 kcal/kg.
Kayu terasnya awet dan tahan rayap, dengan BJ antara 0,5- 0,8, kayu ini baik untuk
membuat perabot rumah tangga, mebel, konstruksi bangunan, dan lain-lain. Daun-daun, biji dan kulit batang gamal
mengandung zat yang bersifat racun bagi manusia dan ternak, kecuali ruminansia
( Anonim, 2011).
Gamal
merupakan tanaman pendatang yang berasal dari Amerika Tengah, Adapunciri-ciri
tanaman ini yaitu (Anonim, 2011) :
·
Daunnya bersirip, dengan bentuk daun
oval runcing yang agak lebar.
·
Bunganya cukup indah, berwarna ungu
keputihan.
·
Tanaman ini dapat tumbuh mencapai
ketinggian 10 meter.
·
Gamal tumbuh baik pada daerah dengan
ketinggian 0-1300 meter daripermukaan laut.
Habitat asli gamal adalah hutan gugur daun tropika, di lembah dan
lereng-lereng bukit, sering di daerah bekas tebangan dan belukar. Pada elevasi 0-1600 m dpl. Tumbuh pada berbagai habitat dan jenis tanah, mulai pasir sampai endapan aluvial di tepi danau, pada curah
hujan 600-3500 mm/tahun. Gamal bisa diperbanyak dengan vegetatif dan generatif. Biji-biji itu, khususnya yang segar
(baru), dapat ditanam tanpa perlakuan pendahuluan, langsung di lahan atau di
persemaian. Cara lain ialah dengan menanam stek batangnya, panjang maupun
pendek. Stek panjang sepanjang 1–2,5 m dan dengan diameter 6–10 cm,
diruncingkan kedua ujungnya dan digores-gores potongan sebelah bawahnya untuk
merangsang tumbuhnya akar. Stek panjang ditanam sedalam lk 50 cm agar
kuat. Stek pendek 30 – 50 cm panjangnya
dan diperlakukan serupa dengan stek panjang. Stek pendek ditanam lebih kurang
sepertiganya dalam tanah ( Anonim, 2011).
Kegunaan gamal dapat dijadikan sebagai
tanaman pagar, pupuk hijau dan sebagai penahan erosi. Daun atau bagian tanaman
yang dipangkas dapat digunakan sebagai hijauan makanan ternak yang dapat
meningkatkan produktivitas ternak ruminansia seperti : sapi, kambing dan domba
(Rosa, 1998).
UMML(Urea Mineral Molases Liquid)
Penggunaan Urea
Mineral Molases Liquid (UMML) yang dapat menyediakan nitrogen lepas lambat
diharapkan akan mengefektifkan biofermentasi rumen sehingga akan meningkatkan
kecernaan fraksi serat pakan berbasis jerami padi. Bentuk penyajian UMML dapat
lebih aplikatif dibandingkan dengan urea
mineral molases blok (UMMB). Selain itu UMML juga akan sangat membantu
meningkatkan palatabilitas ransum, khususnya ransum yang sumber seratnya berupa
jerami padi.
Prinsip optimalisasi biofermentasi yang terdiri atas
nitrogen, asam amino, RAC, vitamin, dan mineral dalam sistem rumen, dengan
komposisi yang tepat. Formula untuk melarutkan fosfat akan digunakan dalam
membuat formula UMML yang selanjutnya dapat mendukung biofermentasi rumen yang
efektif. Dengan penambahan UMMB dalam pakan dapat meningkatkan daya cerna dan
konsumsi bahan kering, bahan organik dan protein kasar pada pakan berkualitas
rendah. Adanya urea sebagai permentable nitrogen dan mollases sebagai Ready avaible carbohidrat (RAC) serta
berbagai mineral essensial dan vitamin yang berasal dari UMMB, maka proses
pencernaan pakan dalam rumen akan lebih meningkat dan efisien, sehingga dapat
meningkatkan konsumsi jerami 25-30 % Dan meningkatkan kecernaan zat-zat
makanan. (Syahrir, 2009).
UMMB
merupakansuplemen pakan yang berbentuk padatan dan keras,
maka untuk mengkonsumsinya ternak akan menjilati UMMB tersebut, sehingga ternak
memperoleh zat-zat makanan dengan kuantitas yang sedikit. Sehingga perlu
suatu bentuk modifikasi dari UMMB (Urea Molasses Mineral Block) dalam bentuk
padat menjadi cair, dengan aplikasi
dalam bentuk cair memungkinkan UMML dapat meningkatkan palatabillitas pakan
serta dapat mengoptimalkan biofermentasi rumen secara efektif (Syahrir, 2009).
Analisa Van Soest Pada Bahan Pakan
Analisis serat Van Soest,
serat kasar didefenisikan sebagai bahan yang masih tertinggal setelah bahan
pakan direbus dalam asam dan basa. Serat kasar mengandung fraksi-fraksi
selulosa, hemiselulosa dan lignin, yang dapat dikategorikan sebagai fraksi
penyusun dinding sel tanaman. Defenisi tersebut didasarkan pada nilai nutrisi
dan serat kasar yang dapat dicerna oleh enzim – enzim yang dikeluarkan oleh
saluran pencernaan mamalia maupun ternak nonruminansia. (Anonim, 2008).
Van Soest,
mengembangkan analisis serat yang mendekati nilai nutrisi serat kasar untuk
ruminansia dengan mempergunakan detergen yang mampu memisahkan matriks dinding
sel yang tidak larut dan mengestimasikan sub komponen utamanya yaitu selulosa,
hemiselulosa dan kombinasi keduanya dengan lignin. (Anonim, 2008).
Untuk menentukan
nilai gizi makanan berserat dapat dilakukan melalui analisis
Acid
Detergent Fiber (ADF) dan Neutral Detergent fiber (NDF) (Alderman, 1980).
ADF dapat digunakan
untuk mengestimasi kecernaan bahan kering dan energi makanan ternak. ADF ditentukan
dengan menggunakan larutan Detergent Acid, dimana residunya terdiri atas
selulosa dan lignin (Ensmiger dan Olentine, 1980).
Arora (1989),
menyatakan bahwa ADF mengandung 15% pentosa yang disebut micellar pentosa yang
sulit dicerna dibandingkan dengan jenis karbohidrat lainnya. Pentosa adalah
campuran araban dan xilan dengan zat lain dalam tanaman yang dalam hidrolisis
keduanya menghasilkan arabinose dan xilose yang ditemukan dalam hemiselulosa.
Haris (1970),
menyatakan bahwa NDF merupakan metode yang cepat untuk mengetahui total serat
dari dinding sel yang terdapat dalam serat makanan. ADF digunakan sebagai suatu
langkah persiapan untuk mendeterminasikan lignin, sehingga hemiselulose dapat
diestimasi dari perbedaan struktur dinding sel dengan ADF itu sendiri.
Penurunan kadar NDF
disebabkan karena meningkatnya lignin pada tanaman yang mengakibatkan
menurunnya hemiselulosa. Hemiselulosa dan selulosa merupakan komponen dinding
sel yang dapat dicerna oleh mikroba. Tingginya kadar lignin menyebabkan mikroba
tidak mampu menguasai hemiselulosa dan selulosa secara sempurna. Semakin tinggi
ADF, maka kualitas daya cerna hijauan makanan ternak semakin rendah (Crampton
dan Haris, 1969).
Menurunnya NDF dan
ADF disebabkan karena selama berlangsungnya fermentasi terjadi perenggangan
ikatan lignoselulosa dan ikatan hemiselulosa yang menyebabkan isi sel yang
terikat akan larut dalam larutan neutral detergent. Hal ini menyebabkan isi sel
(NDS) akan meningkat, sedangkan komponen pakan yang tidak larut dalam larutan
detergent (NDF) mengalami penurunan (Arief, 2001).
Anggorodi (1984), menyatakan bahwa selulosa tidak
dapat dicerna dan digunakan sebagai makanan kecuali pada hewan ruminansia yang
mempunyai mikroorganisme selulolitik dalam rumen.
Analisis Van Soest
merupakan sistem analisa bahan pakan yang relevan bagi ternak ruminansia,
khususnya sistem evaluasi nilai gizi hijauan berdasarkan kelarutan dalam
detergent (Sutardi, 1980).
Sistem Analisis Van
Soest menggolongkan zat pakan menjadi isi sel (cell content) dan dinding sel
(cell wall). NDF mewakili kandungan dinding sel yang terdiri dari lignin,
selulosa, hemiselulosa, dan protein yang berikatan dengan dinding sel. Bagian
yang tidak terdapat sebagai residu dikenal sebagai Neutral Detergent Soluble (NDS) yang mewakili
isi sel dan mengandung lipid, gula, asam organik, non protein nitrogen, pektin,
protein terlarrut dan bahan yang larut dalam air. ADF mewakili selulosa dan
lignin dalam dinding sel tanaman. Analisis ADF dibutuhkan untuk evaluasi
kualitas serat pakan ternak ruminansia dan herbivora lain (Suparjo, 2000).
Van Soest (1982), melakukan pemisahan bagian-bagian
hijauan segar potongan (forage) dengan cara penggunaan bahan-bahan
pelarut/pencuci (detergent) (Gambar 1).
ADS ADF
(Acid
Detergent Solubles) (Acid
Detergent Insoluble Fiber)
(hemiselulosa,
dinding sel (lignoselulosa)
Soluble Acid Insoluble
Lignin hilang dengan pembakaran sampai
menjadi Acid Insoluble Ash abu tak larut dalam asam
Gambar 1. Skema
pemisahan bagian-bagian hijauan segar pemotongan (Forage) dengan menggunakan Detergent(Tillman, dkk., 1998).
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2014 yang terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu
proses fermentasi di Laboratorium, dan
tahap kedua analisa kadar selulosa,
hemiselulosa, lignin dan silika di Laboratorium Herbivora dan Laboratotium Kimia Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi
Penelitian
Alat – alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah alat bal, tali rapiah, neraca analitik, sintered glass (kaca masir), pompa vakum, alat
penyaringan, gelas piala, penangas air, oven, tanur, gegep, desikator, dan
polybag.
Bahan – bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jerami padi,
larutan ADS, larutan NDS, larutan decalin, hexan, aceton,
air panas, Na2SO4, dan H2SO4 72%.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini di lakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Setiawan, 2009)
Terdiri
dari 3 perlakuan dan setiap
perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Susunan perlakuan sebagai berikut:
P0 :
Jerami Padi
60% + Gamal
30%+ UMML 10%
P1 : (Jerami Padi 60%+ UMML 10%) difermentasi + Gamal 30%
P2 : (Jerami Padi 60% + Gamal 30%+ UMML 10%) difermentasi
Pelaksanaan
Penelitian
Penelitian
ini dirancang untuk mengetahui kandungan selulosa, hemiselulosa, lignin dan
silika jerami padi dengan penambahan
daun gamal dan UMML melalui
analisis Van Soest. Penelitian
ini di awali dengan pengambilan jerami padi, daun gamal dan UMML. Pada perlakuan pertama seluruh sampel
dicampur rata lalu diovenkan dengan suhu 60°C. Pada perlakuan kedua jerami padi
ditambah UMML lalu dimasukkan kedalam kantong plastik kemudian dipadatkan
dengan alat press untuk difermentasi selama 21 hari, setelah 21 hari silase
hasil jerami padi tersebut ditambahkan daun gamal lalu dicampur rata kemudian
diovenkan dengan suhu 60°C. Pada perlakuan ketiga jerami padi ditambah UMML dan
daun gamal dan dicampur rata kemudian difermentasi selama 21 hari lalu
diovenkan dengan suhu 60°C.
Setelah
itu dilanjutkan dengan melakukan analisa Van Soest di Laboratorium Valorisasi Limbah, Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Penelitian ini dilakukan
untuk menentukan kadar selulosa, hemiselulosa, lignin dan
silika bahan pakan yang terlebih dahulu harus ditentukan kadar ADF dan NDF (Van Soest, 1976).
a.
Kadar
Acid Detergent Fiber (ADF)
v Sample sebanyak 0,5 g (a gram) dimasukkan ke dalam gelas
piala kemudian ditambahkan 50 ml larutan ADS dan 2 ml decalin. Dipanaskan
selama 1 jam di atas penangas air.
v Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum, juga
dengan menggunakan penyaring kaca masir yang sudah ditimbang sebagai b gram.
Pencucian dilakukan dengan menggunakan hexan, aceton, dan air panas.
v Dilakukan pengeringan dengan menggunakan hasil
pernyaringan tersebut dalam oven. Setelah itu, dimasukkan lagi ke dalam
desikator untuk melakukan pendinginan dan kemudian ditimbang sebagai c gram.
b.
Kadar
Neutral Detergent Fiber (NDF).
v Sample sebanyak 0,5 g (a gram) dimasukkan ke dalam gelas
piala berukuran 500 ml, serta ditambahkan dengan 50 ml larutan NDS dan 0,5 g Na2SO3.
Dipanaskan selama 1 jam.
v Menimbang kaca masir sebagai b gram.
v Melakukan penyaringan dengan bantuan pompa vakum, lalu
dibilas dengan air panas dan aceton
v Hasil penyaringan tersebut dikeringkan dalam oven 1050C.
Setelah itu dimasukkan lagi dalam eksikator selama 1 jam, kemudian dilakukan
penimbangan akhir sebagai c gram.
c.
Kadar
Lignin dan Selulosa
v Residu ADF (c gram) yang berada di dalam kaca masir
diletakkan di atas nampan yang berisi air setinggi kira-kira 1 cm
v Ditambahkan H2SO4 72% setinggi ¾
bagian dari gelas kaca masir dan dibiarkan selama 3 jam sambil diaduk-aduk
v Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum serta ,
pencucian juga dilakukan seperti analisis sebelumnya
v Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven 1050C,
dan selanjutnya dilakukan pendinginan dengan desikator dan ditimbang sebagai
berat akhir, yaitu e gram.
v Jika dibakar dalam tanur 5000C, didinginkan
dalam desikator serta disimpan kembali sebagai berat akhir, yaitu f gram.
Perhitungan
Kadar Acid Detergent Fiber (ADF) =
Kadar Neutral Detergent Fiber (NDF) =
Kadar Selulosa
= % ADF - % lignin
Kadar
Hemiselulosa = % NDF - % ADF
Keterangan
:
a =
Berat sample bahan kering
b = Berat sintered glass kosong
c = Berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah.
2008. Pembuatan Jerami Padi Amoniasi
Sebagai Sumber Pakan Ternak Potensial Di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten
Bulukumba. Program penerapan IPTEKS.
Anonim,
2008. Ilmu Nutrisi Ternak. http://andri84.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 29 Maret 2014.
Alderman, G. 1980. Aplication
of Pratical Rationing System Agri, SCI. Servis. Ministring OfAgric And Food
England.
Arif, R. 2001. Pengaruh Penggunaan Jerami pada Amoniasi
terhadap Daya Cerna NDF, ADF, dan ADS Dalam Ransum Domba Lokal. Jurnal
Agroland volume 8 (2) : 208 – 215.
Arora, S. P. 1989. Pencernaan
Mikroba Pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Crampton, E. W. Dan L. E. Haris. 1969. Applied Animal Nutrition E, d. 1st
The Engsminger Publishing Company, California, U. S. A.
Endang Susilawati, 2012. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP). Jambi.
Hanafi,
N.D,. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan
Ternak. Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.
Medan.
Haris, L. E. 1970. Nutrition
Research Technique for Domestic and Wild Animal. Animal Science Department
Utah State University.
Haryanto, B.,
Supriyati, A. Thalib dan S.N. Jarmani. 2005. Peningkatan Nilai Hayati Jerami Padi Melalui Bio-Proses Fermentative
Dan Penambahan Zinc Organik. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Bogor, 12 – 13 September 2005. Puslitbang Peternakan. Bogor. 473
-478.
Herdoni, 2011. Pengolahan
Limbah Pertanian Untuk Pakan Ternak. http://www.herdoniwahyono.com/2011/07/pengolahan-limbah-pertanian-untuk-pakan.html. [Sabtu, 12 November
2011]
Kartadisastra,
H.R. (1997). Penyediaan &Pengelolaan
Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta,
Kanisius.
Mahardi, 2009. Potensi Fermentasi Jerami Padi Sebagai
Sumber Pakan Untuk Usaha Penggemukan Sapi Potong. http://mahardinutrisi06.blogspot.com/2009/05/jerami.html.
Diakses pada tanggal 29 Maret 2014.
Muis,
A. dkk. 2008. Petunjuk Teknis Teknologi
Pendukung Pengembangan Agribisnis di
Desa P4MI. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah.Sulawesi Tengah.
Rosa, K. R. D. 1998. Nitrogen fixing tress
as tool soil builders. FACT. www.winrock.org/forestry/factnet.htm.
Diakses pada tanggal 29 Maret 2014.
Sarwono,
B dan H.B. Arianto.2003. Penggemukan Sapi potong Secara Cepat. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Setiawan, Ade. 2009. Rancangan Acak Lengkap. http://smartstat.wordpress.com. Diakses
pada tanggal 29 Maret 2014.
Suparjo. 2000. Analisis Secara Kimiawi. Fakultas
Peternakan, Jambi.
Sutardi. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB.
Bogor.
Syahrir S. Natsir A. Mide Z. Islamiyati R. Asriani A.
2012. Optimalisasi Biofermentasi Rumen
guna Meniingkatklan Nilai Guna Jerami Padi sebagai Pakan Sapi Potong dengan
Penambahan Biomassa Murbei dan Urea Mineral Molasses Liquid (UMML). Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Tillman,
A. D.,
H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo. 1998.
Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah
Mada University Press.Yogyakarta.
Van Soest P. J. 1976. New
Chemical Methods for Analysis of Forages for The Purpose of Predicting
Nutritive Value. Pref IX International Grassland Cong.
1982. Nutritional Ecology of The Ruminant. O
and B Books, Inc. United States of
America.
Wahiduddin, M. 2008. Ilmu Pakan Ternak. (http://wah1d.wordpress.com/ category/ilmu-pakan) tanggal
akses 16 januari 2014.
Yunilas. 2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan Pakan Ternak
Ruminansia. Departemen Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Sumatera
Utara. Medan.